Langsung ke konten utama

Tentang Saya

Hang Kafrawi adalah nama pena dari Muhammad Kafrawi, lahir di Teluk Belitung, Kabupaten Kepulauan Meranti, 22 Maret 1974, dari orang tua Jamil Nur dan Azizah. Menamatkan S1 di Fakultas Sastra Unilak Jurusan Sastra Indonesia. S2 di selesaikannya di Institut Seni Indonesia Yogyakarta Jurusan Penciptaan Teater tahun 2005.

Karya Hang Kafrawi yang telah dibukukan antara lain, Membaca Riau (kumpulan puisi), Orang-orang Kalah (Naskah Drama dan kumpulan Cerpen), Wawancara Khayal Dengan Yung Dollah (kumpulan cerita humor), Merbau Bersiram Darah (roman cerita rakyat), Dedap Durhaka (kumpulan naskah drama anak-anak), Pertemuan Dalam Pipa (kumpulan cerpen bersama diterbitkan Dewan Kesenian Jakarta), Air Mata 1824 (kumpulan puisi bersama penulis Malaysia), Sang Kitab (kumpulan naskah drama), Ekonomi Kreatif Ala Atah Roy (kumpulan esei), Negeri Junjungan Ala Atah Roy (kumpulan esei),

Selain menulis karya sastra Hang Kafrawi juga aktif menyutradarai teater semenjak tahun 1997. Pementasan teater yang pernah dipentaskan antara lain; Roh, Manusia-manusia (dipentaskan di Bandung), Taman Hati, Orang-orang Kalah (dipentaskan di Medan dan Padang), Baginda Sultan, (dipentaskan di Malaysia) Mengadili Sang Sapurba (dipentaskan di Malaysia dan Yogyakarta), Sang Kitab (dipentaskan di Lampung dan Riau), Hikayat Puyu-puyu (dipentaskan di Lampung dan Riau), MAkFIAh (dipentaskan di Pekanbaru).

Selain menyutradari pementasan teater, Hang Kafrwi juga menyutradari berbagai film televisi. Bulan Terhempas merupakan film pendek pertamanya. Eks Kapten (film pendek terbaik I DKR tahun 2002). Drama Komedi Situasi Televisi “Baginda Sultan” (ditayangkan di Riau Televisi sebanyak 14 episode). “Ngah Husin” (drama komedi televisi 4 episode, ditayangkan di Rtv), Pada tahun 2010 drama televisi “Mengejar Cahaya” menerima Anugrah Sagang dan ditayangkan di Rtv sebanyak 13 episode. Bersama mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Unilak tahun 2013 memproduksi film pendek berjudul “Ini Tanah Kami”. Pada tahun 2014, Hang Kafrawi menerima Anugerah Sagang kategori Seniman dan Budayawan. Tahun 2017 menyutradarai film Mafia Agaknya, Geng!, Aku Tak Mengutuk, Tuhan, dan film pendek Marwah.

Selain sebagai Ketua Teater Matan, Hang Kafrawi juga Ketua Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning (2015-2020).  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tokoh Anak dalam Cerpen Oly Rinson

Masa kanak-kanak merupakan masa yang paling indah untuk dikenang. Hal ini disebabkan masa kanak-kanak, kita tidak dibebani oleh sagala macam persoalan kehidupan. Segalanya berjalan berdasarkan kegembiraan dengan cara bermain-main. Namun tidak demikian dunia anak yang didedahkan oleh Oly Rinson dalam karya-karya sastranya. Oly Rinson, terutama dalam cerpen ‘Rembulan Tengah Hari’ dan ‘Menjual Trenggiling’ yang terkumpul dalam kumpulan cerpen dan puisi diterbitkan Dewan Kesenian Riau tahun 2002-2003. Dalam 2 cerpen karya Oly Rinson ini, anak-anak ‘dibebani’ dengan persoalan orang dewasa. Persoalan yang sebenarnya diemban oleh orang tua mereka, namun kemiskinan dan ketidaksanggupan orang tua mereka menjalani kehidupan ini, anak-anak ikut terlibat dalam persoalan kehidupan yang berat. Apakah salah seorang pengarang menciptakan tokoh anak-anak yang dibebani persoalan orang dewasa dalam karya mereka? Tidak ada salahnya. Pengarang bebas menciptakan tokoh siapa pun dalam karya mereka...

Bentangan Karya Sastra di Riau

Selain menyumbang kekayaan alam yang tidak sedikit, Riau juga tercatat sebagai penyumbang karya-karya sastra untuk Indoensia tercinta ini. Tercatat beberapa nama-nama besar sastrawan Riau yang mempengaruhi perkembangan sastra di anah air ini. Soeman Hs, salah seorang sastrawan kelahiran Bengkalis ini, hadir dengan cerita-cerita pendeknya yang paling pendek. Cerpen yang dihasilkan Soeman Hs, hanya satu halaman, bahkan setengah halaman juga ada. Selain ceritanya tak sampai satu halaman, Soeman Hs juga ‘mengisi’ karya sastranya dengan cerita-cerita yang unik. Kebiasaan orang Melayu kampung, menjadi kekuatan karya-karya Soeman Hs. Dalam cerpennya, Soeman Hs mengajak pembaca mengembara ke peristiwa-peristiwa alam Melayu dengan cara yang humor dan satir. Sutardji Calzoum Bachri muncul dengan kekuatan mantra dalam setiap karya puisi yang ia ciptakan. Sutardji yang kelahiran Rengat ini menyadari betul bahwa karya sastra haruslah memiliki ‘sidek jari’ pengarangnya untuk menjadi iden...

Teater Riau Upaya Memperkokoh Identitas Negeri

Seni teater di Riau beberapa tahun lalu, dianggap sebagai anak tiri dalam aktivitas kesenian yang ditaja oleh pemerintah maupun pihak swasta di daerah ini. Anggapan teater terlalu rumit, tidak menghibur, terlalu banyak pendukungnya, sehingga setiap pergelaran tajaan pemerintah atau pun swasta, seni teater ditinggalkan. Seni teater di Riau seperti terbiarkan hidup dalam kesunyian, berteriak dalam ruangan hampa, tak dijengah oleh siapapun jua, selain pekerja teater itu sendiri. Bahkan banyak para pekerja teater ‘membelot’ dari seni teater. Bagi mereka, seni teater tak mampu ‘memperpanjang nafas’ untuk mempertahankan hidup. Hanya pekerja teater yang degil masih bertahan, lalu mengibas-ngibas kepak seni teater itu agar tetap bertahan di Tanah Melayu ini. Tak ada yang abadi (tetap) di dunia ini. Kegemilangan seni teater pada masa terdahulu dengan ditandai bermunculan kelompok teater Bangsawan, Mendu, Makyong, Randai dan Mamanda di negeri ini, membuktikan seni teater bukanlah ‘bar...