Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Teater Riau Upaya Memperkokoh Identitas Negeri

Seni teater di Riau beberapa tahun lalu, dianggap sebagai anak tiri dalam aktivitas kesenian yang ditaja oleh pemerintah maupun pihak swasta di daerah ini. Anggapan teater terlalu rumit, tidak menghibur, terlalu banyak pendukungnya, sehingga setiap pergelaran tajaan pemerintah atau pun swasta, seni teater ditinggalkan. Seni teater di Riau seperti terbiarkan hidup dalam kesunyian, berteriak dalam ruangan hampa, tak dijengah oleh siapapun jua, selain pekerja teater itu sendiri. Bahkan banyak para pekerja teater ‘membelot’ dari seni teater. Bagi mereka, seni teater tak mampu ‘memperpanjang nafas’ untuk mempertahankan hidup. Hanya pekerja teater yang degil masih bertahan, lalu mengibas-ngibas kepak seni teater itu agar tetap bertahan di Tanah Melayu ini. Tak ada yang abadi (tetap) di dunia ini. Kegemilangan seni teater pada masa terdahulu dengan ditandai bermunculan kelompok teater Bangsawan, Mendu, Makyong, Randai dan Mamanda di negeri ini, membuktikan seni teater bukanlah ‘bar...

Untuk Kejayaan, Penyair Menyulam Mimpi Lewat Puisi

“Jangan pernah tidak bermimpi” ujar Almarhum Hasan Junus (HJ), Biksu Sastra Riau,   ketika masih hidup. Kalimat itu selalu disampaikan oleh Hasan Junus kepada penulis muda Riau yang handak ‘mencuri’ ilmu darinya. Hasan Junus yang sangat tunak dengan menulis karya sastra, tidak pernah lokik memberikan ilmu kepada siapa saja yang mau menuntut ilmu kepadanya. Kalimat yang diucapkan HJ itu adalah motivasi kepada penulis, terutama penulis muda Riau, bahwa menulis karya sastra adalah bermimpi. Bermimpi di sini diartikan, manusia memiliki keinginan dan harapan yang harus diwujudkan. Menulis karya sastra adalah menulis keinginan dan pada akhirnya akan menghasilkan keinginan pula yaitu keinginan pembaca karya tersebut. Pembaca pun menyulam mimpi dengan membongkar mimpi-mimpi lewat kata-kata yang dirangkai dalam karya sastra.     Tentu saja, masing-masing manusia memiliki mimpi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Pengaruh kenyataan di sekitar manusia sangat ...

Bentangan Karya Sastra di Riau

Selain menyumbang kekayaan alam yang tidak sedikit, Riau juga tercatat sebagai penyumbang karya-karya sastra untuk Indoensia tercinta ini. Tercatat beberapa nama-nama besar sastrawan Riau yang mempengaruhi perkembangan sastra di anah air ini. Soeman Hs, salah seorang sastrawan kelahiran Bengkalis ini, hadir dengan cerita-cerita pendeknya yang paling pendek. Cerpen yang dihasilkan Soeman Hs, hanya satu halaman, bahkan setengah halaman juga ada. Selain ceritanya tak sampai satu halaman, Soeman Hs juga ‘mengisi’ karya sastranya dengan cerita-cerita yang unik. Kebiasaan orang Melayu kampung, menjadi kekuatan karya-karya Soeman Hs. Dalam cerpennya, Soeman Hs mengajak pembaca mengembara ke peristiwa-peristiwa alam Melayu dengan cara yang humor dan satir. Sutardji Calzoum Bachri muncul dengan kekuatan mantra dalam setiap karya puisi yang ia ciptakan. Sutardji yang kelahiran Rengat ini menyadari betul bahwa karya sastra haruslah memiliki ‘sidek jari’ pengarangnya untuk menjadi iden...

Karya Seni dan Teknologi Komunikasi Canggih

Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap zaman akan melahirkan peradaban yang baru. Pada hakikatnya, peradaban baru muncul merupakan upaya manusia merespon peristiwa yang terjadi, sehingga manusia mampu menukang kehendak sesuai dengan zamannya. Menukang kehendak mengikuti zaman tanpa dilandasi nilai-nilai budaya akan menambah suatu bangsa kehilangan kesejatiannya. Di tengah bersemangatnya memunculkan identitas atau karakter manusia yang mendiami negeri, tentu saja hal ini menjadi seuatu yang menakutkan. Karya seni selalu menjadi garda terdepan dalam merespont peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Karya seni menjadi dokumentasi bahkan jalan untuk menemukan kearifan dalam merespont kejadian, baik itu kejadian secara alamiah maupun kejadian yang diciptakan manusia. Sejak dari zaman batu sampai zaman teknologi, karya seni hadir sebagai penyeimbang antara manusia dan alam. Di dalam konsep estetika Melayu, bahwa karya seni yang dihasilkan oleh seorang seniman dianggap baik apabila kar...

Peradaban Empat Sungai Besar di Riau, Sumber Inspirasi Tak Berbatas

Provinsi Riau yang terletak di tengah Pulau Sumatera dan berbatasan dengan negara tetangga, Malaysia dan juga Singapura, memiliki empat sungai besar yang membelah bumi Lancang Kuning ini, khususnya Riau daratan. Keempat sungai ini, Sungai Siak, Sungai Kampar, Sungai Indragiri, dan Sungai Rokan, menjadi denyut nadi peradaban dari masa ke masa. Keberadaan empat sungai ini menjadi alas munculnya peradaban gemilang di tanah yang mayoritas penduduknya bersuku Melayu. Keberadaan peradaban besar yang ada di empat sungai ini dapat telesuri melalui bentanggan sejarah. Dari bentangan sejarah ini, di empat sungai tersebut, pada masa lalu, berdiri kerajaan-kerajaan besar yang memosisikan ke empat sungai tersebut memiliki peranan penting melahirkan peradaban basar. Sungai Kampar berhulu di Bukit Barisan sekitar Sumatera Barat dan bermuara ke pesisir timur Pulau Sumatera Riau ini, tercatat pernah berdiri kerajaan besar di nusantara yaitu Kerajaan Sriwijaya. Tidak jauh dari pinggi...

Membuhul Energi Kopi Melalui Kartun

Kopi menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia sejak dahulu kala. Minuman yang berasal dari biji tumbuhan ini menjadi energi pula dalam berbagai perjamuan dan perbincangan. Tidak heranlah apabila pada hari ini, zaman modern ini, minum kopi menjadi tren tersendiri. Rasanya tak menarik apabila perbincangan, baik orang tua atau pun anak muda, belum mengopi terlebih dahulu. Tidak itu saja, di kehidupan berumah tangga juga, kopi selalu hadir mengisi hari-hari keluarga. Minum kopi pun menerabas batas kampung, kota bahkan negara sekali pun, tiada sekat untuk menikmati kopi. Minum kopi juga identik d engan energi imajinasi, maka tidak jarang ada yang mengatakan “minum kopi dulu agar pemikiran jadi terang”. Melihat kenyataan kedahsyatan kopi ini membuka peluang bisnis kopi yang menjanjikan. Mulai dari membuka kedai kopi, sampai usaha kopi ekspor dan impor dilakukan. Kopi menjadi simbol pergaulan pula pada hari ini. Fenomena kopi inilah menjadi inspirasi Sindikat Kartun Riau ...

Mendedah Jejak Perempuan Seniman Riau

Lelaki dan Perempuan Bukanlah Perbedaan Dalam dunia kesenian, khususnya di Riau, antara lelaki dan perempuan, bukanlah menjadi permasalahan. Namun yang menjadi permasalahan mendasar adalah berkarya atau tidaknya manusia yang mendiami tanah Riau ini. Hal ini menjadi penting disebabkan dunia kesenian di Riau mengalami ‘krisis’ pengkarya. Hanya beberapa orang saja yang berani menceburkan diri di dunia kesenian yang maha sunyi ini. Kesenian hanya menjadi tempat ‘pelarian’ sesaat, terutama bagi kebanyakan mahasiswa. Ketika tercatat sebagai mahasiswa, mereka dengan semangat bergelora ‘merenangi lautan’ kesenian tanpa pernah mengenal kata lelah, namun setelah selesai kuliah, mereka pun seakan engan menj enguk kesenian tersebut. Tersebab dunia kesenian tidak menjanjikan finansial yang dapat menopang kehidupan mereka. Kesenian hanya menjadi tempat ‘berlagak’ sesaat. Pada tahun 90-an, dimana saya masih tercatat sebagai mahasiswa, ‘mahligai’ kesenian itu, khususnya seni teater, ber...

Tokoh Anak dalam Cerpen Oly Rinson

Masa kanak-kanak merupakan masa yang paling indah untuk dikenang. Hal ini disebabkan masa kanak-kanak, kita tidak dibebani oleh sagala macam persoalan kehidupan. Segalanya berjalan berdasarkan kegembiraan dengan cara bermain-main. Namun tidak demikian dunia anak yang didedahkan oleh Oly Rinson dalam karya-karya sastranya. Oly Rinson, terutama dalam cerpen ‘Rembulan Tengah Hari’ dan ‘Menjual Trenggiling’ yang terkumpul dalam kumpulan cerpen dan puisi diterbitkan Dewan Kesenian Riau tahun 2002-2003. Dalam 2 cerpen karya Oly Rinson ini, anak-anak ‘dibebani’ dengan persoalan orang dewasa. Persoalan yang sebenarnya diemban oleh orang tua mereka, namun kemiskinan dan ketidaksanggupan orang tua mereka menjalani kehidupan ini, anak-anak ikut terlibat dalam persoalan kehidupan yang berat. Apakah salah seorang pengarang menciptakan tokoh anak-anak yang dibebani persoalan orang dewasa dalam karya mereka? Tidak ada salahnya. Pengarang bebas menciptakan tokoh siapa pun dalam karya mereka...

Karya Sastra dan Masyarakat

Berbicara mengenai karya sastra, maka tidak akan terlepas dari masyarakat di mana karya sastra itu dilahirkan. Karya sastra hadir pada dasarnya adalah “jelmaan” keadaan masyarakat atau lebih tepatnya karya sastra adalah corong menyuarakan keadaan masyarakat. Secara tidak langsung karya sastra merupakan ekspresi kolektif dari masyarakat yang dituangkan oleh sang pengarang. Pengarang karya sastra merangkul “gemuruh” kehidupan manusia menjadi karyanya. Tidak mungkin seorang pengarang dapat menghasil karyanya tanpa “mengarungi” realitas kehidupan. Realitas kehidupan merupakan inspirasi yang tidak akan pernah selesai digali untuk dijadikan karya sastra.   Tentu saja di “tangan” pengarang, realitas kehidupan bercampur baur dengan perasaan dan juga ideologinya, sehingga karya sastra yang dihasilkan berbagai “corak”. Bagaimanapun juga “corak” karya sastra pastilah ianya membentuk “jalan” pencerah dan kesadaran bagi manusia. Dalam buku Teori Sastra Marxis, Terry Egliton menjelaskan ...